Materi Khutbah Jum'at Singkat Terbaru 2017
Menjadi
Pribadi yang Bermanfaat (Nafi'un Li Ghairihi)
إنَّ
الحَمْدَ لله، نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن شُرُورِ
أنفُسِنَا، وَمِنْ سيئاتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ،
فَلا هَادِي لَهُ.
أَشْهَدُ
أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه
ورَسُولُه.
اَللَّهُمَّ
صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدًى
أما بعد
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا
النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ
مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا
اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ
رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Jama’ah shalat jum’ah yang dirahmati
Allah SWT
Khatib mewasiatkan kepada seluruh para jama’ah agar senantiasa meningkatkan
ketaqwaan kepada Allah Swt. Salah satunya dengan mengikhlaskan seluruh amal
perbuatan, yang tidak mengharapkan apapun dan ridha siapapun kecuali hanya
ridha Allah ﷻ. Sehingga amal kita diterima di
sisi Allah serta mendapatkan balasan berupa jannah-Nya yang penuh dengan
kenikmatan.
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Kebaikan seseorang, salah satu
indikatornya adalah kemanfaatannya bagi orang lain. Keterpanggilan nuraninya
untuk berkontribusi menyelesaikan problem orang lain. Bahkan manusia terbaik
adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain.
Rasulullah SAW bersabda:
خير
الناس أنفعهم للناس
Sebaik-baik manusia adalah yang paling
bermanfaat bagi orang lain (HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni. Dishahihkan Al
Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah)
Seorang Muslim, setelah ia membingkai
kehidupannya dengan misi ibadah kepada Allah semata, sebagaimana petunjuk Allah
dalam surat Adz Dzariyat ayat 56, maka orientasi hidupnya adalah memberikan
manfaat kepada orang lain, menjadi pribadi yang bermanfaat bagi sesama, nafi’un
li ghairihi. Karenanya, Hasan Al Banna memasukkan nafi’un li ghairihi ini
sebagai salah satu karakter, sifat, mauwashafat, yang harus ada pada diri
seorang Muslim.
Siapapun Muslim itu, di manapun ia
berada, apapun profesinya, ia memiliki orientasi untuk memberikan manfaat bagi
orang lain. Seorang Muslim bukanlah manusia egois yang hanya mementingkan
dirinya sendiri. Ia juga peduli dengan orang lain dan selalu berusaha
memberikan manfaat kepada orang lain.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa
seharusnya setiap persendian manusia mengeluarkan sedekah setiap harinya. Dan
ternyata yang dimaksud dengan sedekah itu adalah kebaikan, utamanya kebaikan
dan kemanfaatan kepada sesama.
Rasulullah SAW bersabda:
كُلُّ
سُلاَمَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيهِ الشَّمْسُ
، يَعْدِلُ بَيْنَ الاِثْنَيْنِ صَدَقَةٌ ، وَيُعِينُ الرَّجُلَ عَلَى دَابَّتِهِ
، فَيَحْمِلُ عَلَيْهَا ، أَوْ يَرْفَعُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ ،
وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ ، وَكُلُّ خَطْوَةٍ يَخْطُوهَا إِلَى
الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ ، وَيُمِيطُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ صَدَقَةٌ
Setiap persendian manusia diwajibkan untuk bersedekah setiap harinya mulai
matahari terbit. Berbuat adil antara dua orang adalah sedekah. Menolong
seseorang naik ke atas kendaraannya atau mengangkat barang-barangnya ke atas
kendaraannya adalah sedekah. Berkata yang baik adalah sedekah. Begitu pula
setiap langkah berjalan untuk menunaikan shalat adalah sedekah. Serta
menyingkirkan suatu rintangan dari jalan adalah sedekah. (HR. Bukhari)
Demikianlah Muslim. Demikianlah Mukmin. Ia senantiasa terpanggil untuk menjadi
pribadi yang bermanfaat bagi orang lain, nafi'un li ghairihi.
Jama'ah Sholat jum'at yang dirahmati Allah,
Kelihatannya, memberikan manfaat kepada
orang lain, membantu dan menolong sesama itu membuat waktu kita tersita, harta
kita berkurang, tenaga dan pikiran kita terporsir. Namun sesungguhnya, saat
kita memberikan manfaat kepada orang lain, pada hakikatnya kita sedang menanam
kebaikan untuk diri kita sendiri. Jika kita menolong orang lain, Allah akan
menolong kita.
Allah SWT berfirman:
إِنْ
أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ
Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya
kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri (QS. 17:7)
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ
كَانَ فِى حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِى حَاجَتِهِ
Barangsiapa membantu keperluan
saudaranya, maka Allah membantu keperluannya. (Muttafaq 'alaih)
Jika kita menolong dan membantu sesama, pertolongan
dari Allah bukan sekedar di dunia, tetapi juga di akhirat. Jika kita memberikan
manfaat kepada orang lain, Allah memudahkan kita bukan hanya dalam urusan
dunia, tetapi juga pada hari kiamat kelak.
Dengan apa kita memberikan manfaat
kepada orang lain? Dalam bentuk apa nafi'un li ghairihi kita wujudkan?
Sesungguhnya setiap manusia memiliki banyak potensi untuk itu.
Pertama, dengan ilmu. Yakni ilmu yang
dianugerahkan Allah kepada kita, kita bagikan kepada orang lain. Kita mengajari
orang lain, melatih orang lain, dan memberdayakan mereka. Ilmu ini tidak
terbatas pada ilmu agama, tetapi juga ilmu dunia baik berupa pengetahuan,
keterampilan hidup, serta keahlian dan profesi.
Kedua, dengan harta. Kita manfaatkan
harta yang dianugerahkan Allah untuk membantu sesama. Yang wajib tentu saja
adalah dengan zakat ketika harta itu telah mencapai nishab dan haulnya. Setelah
zakat ada infaq dan sedekah yang memiliki ruang lebih luas dan tak terbatas.
Ketiga,
dengan waktu dan tenaga. Yakni ketika kita mendengar keluhan orang lain,
membantu mereka melakukan sesuatu, membantu menyelesaikan urusan mereka, dan
sebagainya.
Keempat,
dengan tutur kata. Yakni perkataan kita yang baik, yang memotivasi, yang
menenangkan dan mengajak kepada kebaikan.
Kelima, dengan sikap kita. Sikap yang
paling mudah adalah keramahan kita kepada sesama, serta senyum kita di hadapan
orang lain. Sederhana, mudah dilakukan, dan itu termasuk memberikan kemanfaatan
kepada orang lain.
Kelima hal nafi'un li ghairihi itu, jika
kita lakukan dengan ikhlas, Allah akan membalasnya dengan kebaikan dan pahala.
فَمَنْ
يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ
Maka barangsiapa yang mengerjakan
kebaikan sebesar dzarrah-pun, ia akan mendapatkan balasannya (QS. Al
Zalzalah:7)
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ
وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ
Komentar
Posting Komentar