الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ خَلَقَ الْإِنْسَانَ فِي
أَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ، وَفَضَّلَهُ عَلَى كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَقَ بِالْإِنْعَامِ
وَالتَّكْرِيْمِ، فَإِنِ اسْتَقَامَ عَلى طَاعَةِ اللهِ اسْتَمَرَّ لَهُ هذَا
التَّفْضِيْلُ فِي جَنَّاتِ النَّعِيْمِ، وَإِلاَّ رُدَّ فِي الْهَوَانِ
وَالْعَذَابِ الْأَلِيْمِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ وَهُوَ الْخَلاَّقُ الْعَلِيْمِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ شَهِدَ لَهُ رَبُّهُ بِقَوْلِهِ: {وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ
عَظِيْمِ} صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ سَارُوْا
عَلَى النَّهْجِ القَوِيْمِ وَالصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً
كَثِيْرًا، أَمَّ بَعْدُ
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ
ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
فإِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ
مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا
، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ
فِي النَّارِ
Saudara-saudara kaum muslimin rahimahumullah! Saya berwasiat kepada Jama’ah dan saya pribadi untuk
bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bertakwalah kepada Allah dalam
mengurus diri sendiri dan keluarga kita. Betakwalah kepada Allah dalam mengurus
anak-anak dan orang-orang yang menjadi tanggung jawab kita. Bertakwalah kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka dia akan memberikan
perlindungan, kecukupan dan petunjuk kepada kita.
Ma’asyiral
muslimin rahimahumullah!
Sesungguhnya, tanggung jawab mendidik generasi muda dan menyiapkan tokoh-tokoh
laki-laki dan wanita adalah tanggung jawab yang sangat berat. Dan sesungguhnya
masalah perhatian terhadap belahan jiwa dan buah hati adalah masalah yang
sangat besar. Umat Islam harus mencurahkan seluruh perhatiannya kepada masalah
ini. Sebab, pilar-pilar kebahagian mereka pada diri pribadi maupun masyarakat
bertumpu pada masalah pendidikan ini. Oleh karena itu, pendidikan harus
dipersiapkan secara matang. Kurikulum harus dirumuskan, perencanaan harus
disiapkan, tenaga harus dikerahkan dan orang-orang yang berkemampuan harus
dibatalkan, agar proses pendidikan berjalan dengan baik, tidak teratuk batu di
tengah jalan, jauh dari segala macam pertentangan dan dualisme. Terhindar dari
taklid buta dan latah, serta dibarengi perasaan bangga akan kepribadian Islam
dan tata cara syar’i,
seraya berpegang teguh pada petunjuk Alquran dan mengikuti Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Sesungguhnya, keberadaan
generasi yang jauh dari pendidikan yang benar merupakan kejahatan terhadap
masyarakat dan umat secara keseluruhan. Betapa banyak masyarakat yang
mengeluhkan penyimpangan prilaku remaja? Betapa banyak orang tua yang
mengeluhkan kenakalan anak-anak? Dan betapa banyak ayah ibu yang tersiksa
dengan kedurhakaan anak-anak dan keengganan mereka untuk menunaikan
tugas-tugas. Namun, mereka lupa (atau pura-pura lupa) bahwa inti persoalan ini
terletak pada buruknya pendidikan.Oleh karena itu, umat Islam berkewajiban
melaksanakan tanggung jawabnya masin-masing dalam menyelesaikan masalah ini
dengan mengerahkan segenap potensi dan kemampuan yang dimiliki. Mereka juga
harus bekerja sama dengan semua saluran yang ada: rumah, keluarga, kedua orang
tua, kerabat, sekolah, kampus, masjid, klub bermain, seluruh lapisan
masyarakat, dan segenap media massa dengan semua saluran yang ada. Semuanya
harus bekerja keras dalam mendidik, membangun, dan menanamkan norma-norma
akhlak pada diri putra-putrinya. Agar kelak lahir generasi muda yang ideal,
baik laki-laki maupun wanita.Ketika kita merenungkan tentang saluran-saluran
terpenting yang bertanggung jawab atas pendidikan di masyarakat, kita melihat
bahwa rumah adalah pondasi utama pendidikan. Keluarga adalah bibit pertama
dalam pelaksanaan proses pendidikan. Dan hal itu harus dimulai dari pemilihan
calon istri shalihah yang memiliki asal-usul yang baik dan mutu yang bagus (bibit-bobot-bebet).
Karena, seorang istri harus dipersiapkan menjadi pedidik yang handal dan
sekolah yang pertama. Dan hal ini harus dilakukan secara bertahap hingga si
anak dapat membuka matanya di pangkuan kedua orang tuanya. Di sini, ia harus
mendapatkan perhatian akhlak dan pendidikan iman yang memadai, sebelum
perhatian masalah duniawi. Ini berangkat dari kewajiban Islam dalam masalah
tersebut. Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ
نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلآئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادُُ
لاَّيَعْصُونَ اللهَ مَآأَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَايُؤْمَرُونَ
Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang
tidak mendurhakai Allah terhadap apa ang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q.S. At-Tahrim
:6)
Menurut para ulama, maksudnya
ialah: “Ajarilah, didiklah dan bimbinglah mereka dengan sesuatu yang bisa
memelihara mereka dari azab Allah.”
Ini adalah amanah yang sangat
berat. Benar-benar celaka orang yang mengkhianatinya. Imam Al-Bukhari dan
Muslim meriwayatkan dari Ibnu Umar radiyallahu
‘anhu bahwa Rasulullallah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
(artinya),
“Setiap kamu adalah pemimpin
dan setiap kamu akan ditanya tentang kepemimpinannya.” (H.R.
Al-Bukhari, 2554, dan Muslim, 1829)
Di rumah anak-anak semasa
kecilnya belajar dari apa yang ada pada ayah dan ibunya. Keduanya adalah suri
teladan baginya. Anak-anak selalu meniru ucapan dan perbuatan kedua orang
tuanya. Karenanya, orang tua memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam
mengarahkan anaknya. Tentang besarnya pengaruh orang tua terhadap anaknya
Rasulullah bersabda (artinya),
“Setiap anak Adam dilahirkan dalam
keadaan fitrah (Islam). Lalu kedua orang tuanya membuatnya menjadi Yahudi,
Nasrani, atau Majusi.” (H.R. Al-Bukhari, 1385 dan Muslim,
2658)
Ini adalah petunjuk-petunjuk
pendidikan bagi rumah tangga muslim, di mana anak-anak didik dengan akidah dan
keutamaan, di samping memiliki bekal empirik yang memadai, bahkan lebih banyak.
Oleh karena itu, banyak para orang tua yang keliru ketika mereka mengutamakan
pendidikan anak-anaknya pada pemenuhan keinginan dan kebutuhan materi (duniawi)
semata.Ya Allah, jadikanlah keturunan kami sebagai orang yang shalih dan
mengajak orang lain menjadi orang yang shalih, dan menjadi orang yang mendapat
hidayah dan menjadi hidayah bagi orang lain. Wahai Dzat Yang Maha Mendengar
doa.
بارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ،
وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
Komentar
Posting Komentar